Minggu, 08 Mei 2011

Mitos-mitos Seks

Mitos mengenai hubungan seks seringkali membuat bingung, lebih baik ketahui faktanya di sini.
Sebagian orang masih mengganggap seks sebagai hal tabu dan sering dikaitkan dengan aktivitas orang dewasa yang belum pantas dilakukan orang yang belum menikah. Itulah kenapa kemudian seks menjadi bahan perbincangan yang dilakukan sembunyi-sembunyi.
Akibatnya, seks sering dikaitkan dengan mitos-mitos yang menjadi budaya masyarakat. Semakin sering didengar, semakin dianggap sebagai kebenaran. Padahal yang namanya mitos, belum tentu benar. Dengan pengetahuan seks yang baik (dalam bentuk pendidikan kesehatan reproduksi), maka mitos-mitos seperti ini sedikit demi sedikit akan hilang ditelan waktu. Nah, mitos apa saja yang sering beredar di masyarakat, berikut penjelasan dr. Iwan Setyawan , konsultan seks dari Klinik Curhat , Semarang.

Mitos: Malam pertama selalu berdarah
Sebagian besar pria percaya bahwa hubungan seks yang baru pertama kali dilakukan akan selalu mengeluarkan darah, dan kemudian dikaitkan dengan keperawanan seorang gadis. Benarkah? Tentu saja tidak, karena sesungguhnya tidak ada jaminan bahwa hubungan seks pada malam pertama harus berdarah.
Yang terjadi sebenarnya adalah kecemasan dan ketakutan wanita yang belum punya banyak pengetahuan yang baik tentang seks, sehingga tidak pernah terbayang hubungan seks akan seperti apa. Secara psikologis, hal ini akan menimbulkan kondisi yang kita sebut vaginismus atau pengencangan otot vagina, dan ketika dipaksa oleh pria yang sudah telanjur ‘on ,’ akhirnya terjadi perdarahan akibat robekan otot-otot tepi vagina. Justru ketika hubungan dilakukan dengan nyaman dan tidak ada pengencangan otot, karena diawali dengan pemanasan yang cukup, tidak akan terjadi perdarahan.

Mitos: Nafsu wanita lebih besar dari pria
Secara umum tidak ada perbedaan dorongan seks antara wanita maupun pria, karena secara hormonal mereka mempunyai kadar hormon seks estrogen, progesteron maupun testoteron yang sama.
Barangkali secara ekspresi, wanita lebih malu untuk menunjukkan nafsu yang muncul, sehingga cenderung “menutupi” dan akhirnya tabungan nafsunya akan dikeluarkan secara meletup-letup pada saat melakukan hubungan seks dengan pasangan. Sebaliknya pria cenderung lebih ekspresif dan blak-blakan soal seks, sehingga membuat nafsu yang mereka tunjukkan terlihat “biasa-biasa saja.”

Mitos: Hubungan seks waktu hamil membuat keguguran
Tidak ada larangan untuk melakukan hubungan seks pada waktu hamil. Aktivitas ini tidak terlalu mengganggu, selama tidak ada kelainan selama hamil dan Si Ibu juga menikmati hubungan seks yang dilakukan dengan suami.
Yang tidak dianjurkan adalah hubungan seks yang terlalu bersemangat sampai tidak menyadari kalau ibu hamil mulai kesakitan, misalnya karena tekanan yang terlalu berlebihan. Hal ini sering terjadi pada kehamilan trimester pertama, dimana kondisi kehamilan belum cukup kuat menempel di rahim. Sangat disarankan melakukan hubungan seks atas keinginan istri dan dilakukan dengan posisi istri di atas, sehingga istri mudah mengontrol apabila sewaktu-waktu timbul rasa kurang nyaman di perut.

Mitos: Posisi di atas membuat wanita cepat orgasme
Data yang diperoleh di lapangan menunjukkan sebagian wanita setelah menikah jarang atau bahkan tidak pernah mendapatkan kepuasan seksual atau orgasme, dengan beberapa alasan, misalnya hubungan seks yang terlalu cepat, kurang variatif atau karena mood  wanita kurang baik pada saat itu.
Salah satu kunci kepuasan seks pada wanita adalah hubungan seks yang menyenangkan dalam posisi yang menguntungkan, di mana wanita memungkinkan bisa menentukan arah penetrasi yang tepat, sehingga kepuasan seks lebih mudah didapatkan. Tidak selalu harus dalam posisi di atas atau women on top . Posisi apa pun akan tetap mampu menimbulkan orgasme dan bahkan multiple orgasms , asal wanita dalam kondisi mood  yang baik dan bergairah.



Mitos: ukuran penis menentukan tingkat kepuasan seksual
Kepuasan seks tidak semata-mata ditentukan dari alat kelamin, tapi sebagian besar justru sangat dipengaruhi oleh pikiran yang sehat. Ketika seseorang dalam keadaan stres berat atau bahkan depresi, apalagi dalam pengaruh obat-obat kuat, ternyata mereka tidak bisa melakukan hubungan seks dengan baik. Jadi, untuk melakukan hubungan seks tidak dibutuhkan ukuran yang besar, tapi penis dalam keadaan ereksi maksimal dan hal ini tidak berkaitan dengan besar kecilnya alat kelamin.

Mitos: Ukuran penis dilihat dari ukuran jari
Benarkah ukuran jempol kaki atau tangan identik dengan ukuran penis? Tentu saja tidak. Sangat tidak masuk akal menghubungkan kedua organ yang sangat berbeda, baik tempat maupun ukurannya ini. Hal ini kadang membuat seseorang jadi malu ketika dilihat jempol kaki maupun tangannya, karena seolah-olah sedang dilihat alat kelaminnya.

Mitos: Kehamilan ditentukan oleh orgasme wanita
Beberapa pasangan suami-istri yang sudah sekian lama menikah dan belum punya keturunan menanyakan, apakah gara-gara tidak pernah mencapai orgasme setiap berhubungan seks, membuat wanita tidak dapat hamil?
Faktanya, kehamilan tidak ditentukan oleh kepuasan seks, melainkan oleh pembuahan sel telur oleh sperma yang terjadi pada saat masa subur. Mereka berpikir bahwa pada saat orgasme terjadi pengeluaran sel telur yang siap dibuahi, padahal tidak demikian kenyatannya. Orgasme hanya mengeluarkan cairan yang diproduksi oleh kelenjar-kelenjar Bartholini dan tidak mengandung sel telur. Artinya, tidak ada kaitan atara kehamilan dengan orgasme seorang wanita.

Mitos: Orgasme = G-spot
G-spot  adalah titik erotis yang ditemukan oleh Grafenberg pada tahun 80-an, yang kemudian dianggap sebagai area yang memudahkan seorang wanita mencapai kepuasan seksual (orgasme).
Para ahli menemukan bahwa bagian tersebut ternyata mengandung saraf-saraf yang sangat sensitif, yang apabila terangsang akan membuat wanita mengalami kepuasan luar biasa pada saat hubungan seksual. Padahal, kepuasan seksual wanita sangat banyak faktornya, antara lain mood  yang baik, posisi yang menyenangkan, dan pemanasan yang cukup, tidak hanya dari area G-spot . Tapi memang, titik G-spot  akan sangat membantu wanita mendapatkan orgasme.

Mitos: Wanita ras tertentu nafsunya lebih hebat
Nafsu atau dorongan seks yang hebat sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain gizi yang baik, pikiran yang sehat, dan pengaruh lingkungan. Misalnya, seseorang yang sering mengakses sesuatu yang membuatnya terangsang akan meningkatkan dorongan seks lebih cepat dibanding seseorang yang tidak merasa perlu mendapatkan rangsangan-rangsangan seperti itu.
Kalaupun ada ras atau komunitas tertentu yang mempunyai dorongan seks yang tinggi dan kelihatan lebih hebat, pasti karena kebetulan lingkungan mereka sudah terbiasa terstimulus oleh hal-hal yang bersifat erotis, atau karena kebiasaan-kebiasaan yang sering mereka lakukan, seperti olah raga teratur, pola makan seimbang, dan istirahat cukup. Pengetahuan seks yang baik juga sangat menentukan kehebatan seseorang pada saat melakukan hubungan seks.

Mitos: Vagina kering lebih OK
Mitos seperti ini justru menjerumuskan, karena kondisi vagina yang sangat lembap dengan keasaman tertentu sangat dibutuhkan untuk kenyamanan seseorang pada saat beraktivitas fisik, termasuk aktivitas seksual. Bisa dibayangkan jika vagina dalam keadaan kering, tentu hubungan seks menjadi sangat tidak menyenangkan dan pasti menyakitkan. Maka, tak salah bila dalam hubungan seks wanita membutuhkan pemanasan yang cukup, ditunjang mood  yang baik, lubrikasi atau keluarnya cairan pelumas sangat membantu kenyamanan dalam hubungan seks. Coba bayangkan jika hubungan seks dilakukan dalam keadaan vagina kering dan tidak mengeluarkan pelumas..

Hasto Prianggoro.

0 komentar:

Posting Komentar

Check Page Rank of your Web site pages instantly:

This page rank checking tool is powered by Page Rank Checker service